EMBOLI PARU

 Home / Berita /EMBOLI PARU
EMBOLI PARU

EMBOLI PARU

EMBOLI PARU

Oleh : dr.Nana Maya Suryana, SpJP, FIHA

SMF Jantung RSUP Persahabatan

 

Jakarta. Emboli paru seringkali terlambat terdektesi karena gejalanya yang tidak khas dan klinisnya sangat bervariasi, mulai dari asymptomatik sampai mengancam nyawa. dr. Nana Maya Suryana, SpJP, FIHA memaparkan kasus ini pada Selasa Klinik pada tanggal 09 Januari 2018 lalu di aula gedung Seruni lantai 3, kegiatan ini diadakan oleh Komite Medik RSUP Persahabatan setiap minggunya.

 

Emboli Paru adalah suatu keadaan terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah paru (arteripulmonalis) akibat dari suatu embolus yang berasal dari pembuluh darah di tempat lain. Pada umumnya embolus berupa gumpalan darah (thrombus) yang berasal dari pembuluh darah vena tungkai bawah, namun dapat juga berupa gelembung udara, lemak, cairan ketuban dan sel tumor.

 

Emboli paru yang tidak ditangani dengan benar bisa memicu hipertensi pulmonal, yaitu kondisi di mana tekanan darah di paru dan jantung bagian kanan terlalu tinggi. Jantung akan terus-menerus memompa darah melalui tekanan pembuluh yang tinggi, akibatnya bisa melemahkan otot-otot jantung. Jika tidak segera diobati, jaringan paru yang tersumbat gumpalan darah akan mati atau disebut infark paru. Hal ini membuat paru makin sulit untuk menyediakan oksigen untuk seluruh tubuh, sehingga dapat berakhir dengan kematian.

 

Adapun orang yang beresiko menderita emboli paru ini diantaranya pasien dengan patah tulang tungkai bawah, paska operasi bedah tulang, penderita serangan jantung, gagal jantung dan gangguan irama jantung, penderita penyakit auto imun, penderita kanker, pasien yang menjalani kemoterapi, transfuse darah, paska melahirkan, pasien yang berbaring lama lebih dari 3 hari, obesitas, dan orang yang duduk lama dalam perjalanan.

 

Akibat yang ditimbulkan oleh emboli ini bervariasi mulai dari tanpa keluhan hingga kematian, tergantung pada ukuran embolus dan ukuran pembuluh darah yang terkena. Ukuran embolus yang menyumbat kebanyakan cukup kecil sehingga tidak membahayakan nyawa. Namun, sekecil apa pun embolus itu tetap dapat mengakibatkan kerusakan pada paru. Gejala yang dirasakan tidak khas,mirip dengan penyakit paru atau jantung pada umumnya, yaitu sesak nafas, nyeri dada, batuk (disertai darah/tidak), berdebar, demam, dan bengkak pada tungkai bawah.

 

Apabila ditemukan gejala seperti diatas dan pasien termasuk orang yang memiliki risiko untuk kejadian emboli paru, maka disarankan untuk segera menemui dokter, karena pada keadaan akut kondisi ini dapat berakibat fatal. Nantinya akan dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis emboli paru, yaitu pemeriksaan foto dada (rongent thorak), laboratorium darah, elektro kardiografi (EKG), USG jantung (echocardiografi), CT scan thorak dan angiografi paru.

 

Tata laksana atau pengobatan emboli paru ditujukan untuk menghancurkan gumpalan darah yang terbentuk dan mencegah terbentuknya gumpalan darah yang baru, agar gumpalan darah yang sudah ada tidak membesar.  

 

Ada beberapa cara pengobatan emboli paru, yaitu dengan pemberian obat anti koagulan dan trombolitik. Anti koagulan berfungsi menghambat pembentukan gumpalan darah. Sedangkan trombolitik adalah untuk memecahkan bekuan darah. Meski demikian, obat trombolitik berisiko menyebabkan perdarahan mendadak dan serius, sehingga obat ini hanya digunakan saat kondisi pasien sudah kritis. Jika gumpalan darah sudah terlalu besar, dan mengancam nyawa penderita, kemungkinan akan dilakukan pembedahan /operasi arteri pulmonalis melalui prosedur embolektomi, untuk mengeluarkan gumpalan darah tersebut.  

 

Ada prosedur lain untuk penanganan emboli paru yaitu berupa pemasangan filter / saringan pembuluh darah vena, hal ini biasanya ditujukan bagi orang yang tidak cocok dengan obat anti koagulan, atau apabila penanganan dengan obat anti koagulan tidak efektif. Fungsi dari saringan ini adalah menahan gumpalan darah agar tidak terbawa masuk kedalam paru-paru. Filter ini akan dipasang pada pembuluh darah balik utama (vena cava inferior) yang menghubungkan kedua tungkai dengan jantung bagian kanan.

 

Salah satu cara untuk mencegah emboli paru adalah dengan menurunkan risiko terjadinya pembentukan gumpalan darah di kaki (trombosis vena dalam).  Ada beberapa hal yang biasa dilakukan sehari-hari, di antaranya: mengonsumsi obat anti koagulan sesuai indikasi dan instruksi dokter, banyak melakukan aktivitas fisik, mengangkat kaki lebih tinggi khususnya ketika berbaring di atas kasur pada malam hari, mengonsumsi air putih yang cukup, mengenakan stoking kompresi pada kaki dan melakukan senam / aktifitas ringan saat dalam perjalanan jauh. Tujuan dari beberapa aktivitas tersebut adalah agar darah pada kaki bias mengalir lebih lancar. Selain itu, tidak merokok, mengonsumsi makanan sehat dan berimbang, berolahraga secara teratur, serta menjaga berat badan juga bias mengurangi risiko terkena emboli paru. (Cici-IPH,Pemasaran&PKRS)

 

Sumber:

  1. ESC Guidelines onDiagnosis and Management of Acute Pulmonary Embolism, 2014
  2. Braunwald’s Heart Disease,A Textbook of Cardiovascular Disease, 10th edition
  3. Deep Vein Thrombosis, diagnosis and treatment, Mayo Clinic